BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Gempa Kerak Dangkal, Ini Sebabnya

JABARNEWS | JAKARTA – Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap gempa kerak dangkal akibat aktivitas sesar aktif di Pulau Jawa. Gempa ini berisiko menimbulkan kerusakan.

“Gempa akibat aktivitas sesar aktif, meskipun magnitudonya tidak terlalu besar maka patut diwaspadai. Keberadaan sesar aktif yang jalurnya dekat kawasan permukiman tentu sangat berisiko dapat menimbulkan kerusakan dan juga korban jiwa,” kata Daryono, dilansir dari laman Antara, Jum’at (4/9/2020).

Dalam catatan BMKG, terjadi empat kali gempa kerak dangkal pada Kamis dan Jumat, 3-4 September 2020. Gempa pertama terjadi Kamis, pukul 05.00.36 WIB magnitudo 2,2 dengan lokasi episenter di koordinat 7,12 LS dan 109,78 BT tepatnya di jarak 14 Kilometer utara Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kedalaman 10 Km dirasakan di Dieng I-II MMI.

Baca Juga:  Ingin Dunia Karir Kalian Maju? Lakukan Cara Ini

Gempa kedua dengan magnitudo 2,7 terjadi Kamis pukul 20.42.39 WIB di lokasi episenter 7,08 LS dan 106,95 BT. Tepatnya di jarak 18 Km tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan kedalaman 10 Km dirasakan di Kecamatan Nyalindung Sukabumi II-III MMI.

Gempa ketiga dengan magnitudo 3,1 terjadi Jumat, 4 September 2020, pukul 00.07.15 WIB dengan lokasi episenter di koordinat 7,93 LS dan 110,48 BT jarak 15 Km dari Bantul arah Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Kedalamannya 5 Km dirasakan di Bantul II MMI.

Baca Juga:  Berkedok Jual Pakaian, Pria Ini Edarkan Sabu dari Lapas

Sedangkan gempat keempat dengan magnitudo 3,3 terjadi Jumat pukul 13.30.52 WIB dengan lokasi episenter di koordinat 7,11 LS dan 106,93 BT. Tepatnya di jarak 20 Km tenggara Kota Sukabumi, Jawa Barat dengan kedalaman 4 Km dirasakan di Kecamatan Nyalindung II-III MMI.

Empat gempa tersebut adalah jenis gempa kerak dangkatl akibat sesar aktif. Gempa Dieng dipicu sesar lokal di sekitar Pegunungan Dieng, gempa Sukabumi dipicu sesar aktif zona Cipamingkis, dan gempa Bantul dipicu sesar di zona Sesar Opak.

Baca Juga:  Kabar Baik! Stasiun Pondok Rajeg Bakal Dioperasikan Lagi

Menurut Daryono, kerusakan pada bangunan rumah akibat gempa tidak harus akibat sesar aktif berkekuatan besar. Dalam catatan BMKG, sejak 2015 di Pulau Jawa sedikitnya telah terjadi lima kali gempa merusak akibat sesar aktif dengan kedalaman dangkal dan magnitudo kurang dari 5,0.

“Gempa tidaklah membunuh atau melukai, karena yang menimbulkan korban jiwa yang sebenarnya adalah bangunan tembok dengan kualitas rendah, asal bangun tanpa mengacu aturan bangunan tahan gempa, sehingga saat terjadi gempa bangunan tembok seperti itu dapat roboh dan menimpa penghuninya,” kata Daryono. (Red)