Kemarau dan Pandemi Covid-19 Jadi Berkah Bagi Pengrajin Layang-Layang

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Musim kemarau ini menjadi berkah bagi para pengrajin layang-layang di Kampung Pasirwangi, Desa Singajaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat.

Pesanan layang-layang mengalami lonjakan, meski di tengah kondisi pandemi Covid-19. Sejumlah pengrajin yang biasanya memasok sekitar 500-an layangan per minggu, kini menjadi 1.000 layangan.

Para pengrajin di Desa Singajaya ini biasanya memasok layangan untuk para pedagang eceran di wilayah Bandung, Soreang dan Jakarta.

Dindin Saefudin (36), salah seorang pengrajin mengaku, lonjakan pesanan layangan diduga karena panjangnya libur sekolah anak-anak sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Selain itu, musim kemarau juga berpengaruh.

Baca Juga:  Pria Tuna Rungu Tewas Gantung Diri, Diduga Stres karena Bercerai

“Pesanan naik sejak bulan April lalu atau semenjak anak-anak mulai belajar di rumah. Bahkan, dibanding tahun lalu, tahun sekarang ada peningkatan drastis hampir 100 persen,” katanya, Sabtu (19/9/2020).

Dia menyebutkan, hampir semua warga Pasirwangi bekerja sebagai pengrajin layang-layang yang keterampilannya diperoleh secara turun temurun dari orang tuanya. Dindin sudah menekuni kerajinan berbahan baku kayu dan kertas ini sejak duduk di bangku SD.

Baca Juga:  [INFOGRAFIS] Cara Pencegahan Covid-19

“Di sini hampir setiap rumah bekerja sebagai pembuat layang-layang, mulai dari layangan hias hingga aduan. Alhamdulillah bisa bantu perekonomian warga,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, harga setiap jenis layangan tergantung kerumitan dari motif yang dibuat, namun biasanya harganya dibanderol dibawah sekitar Rp2.000 perbuah.

“Kalau saya sekeluarga bikin jenis layangan jabrug yang biasa dimainkan anak-anak. Untuk satu buah layangan dari saya dijual Rp1.000,” ungkapnya.

Bukan hanya laki-laki, kaum hawa di kampung ini juga berprofesi sebagai pembuat layang-layang. Seperti yang dilakoni Rina (21), yang sejak berhenti kerja di pabrik beberapa tahun lalu.

Baca Juga:  Upaya Kudeta Moeldoko Atas Partai Demokrat Kembali Kandas, Permohonan PK Ditolak MA

“Saya buatnya tergantung pesanan, tetapi biasanya antara 500-1.000 buah layangan perhari,” bebernya.

Menurut dia, selama pandemi Covid-19, usaha layang-layangnya mengalami kenaikan pesanan. Demi mengejar pesanan, Rina menambah jam kerja dari pukul 08.00 WIB – 20.00 WIB.

“Seiring kenaikan pesanan, harga untuk 1 bal yang berisi seribu biji layangan sekarang dijual Rp 1,2 juta, tapi sebelum pandemi biasanya hanya Rp 650 ribu,” jelasnya. (Yoy)