Panjang Jimat Ditiadakan, Keraton Kacirebonan Tetap Gelar Tradisi Bekaseman

JABARNEWS | CIREBON – Meski tradisi panjang jimat atau malam puncak peringatan Maulid Nabi ditiadakan. Namun, Keraton Kacirebonan tetap melakukan tradisi bekaseman. Yang nantinya disajikan dalam malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad.

Tradisi yang dijunjung tinggi selama ratusan tahun, dan hingga saat ini masih kental dilestarikan oleh keluarga Kerton. Salah satunya Keluarga Keraton Kacirebonan ini kembali membuat bekaseman ikan. Namun, bedanya tahun ini bekaseman itu tidak diarak, melainkan untuk kegiatan adat internal Keraton Kacirebon, dan tidak melibatkan tamu undangan.

Baca Juga:  Seorang ASN Tewas Diduga Bunuh Diri di Perlintasan KRL, Begini Kronologisnya

Tradisi bekasem ikan ini, merupakan proses pengolahan ikan yang difermentasi. Ikan-ikan segar yang terdiri dari kakap, tongkol, tenggiri, dan ikan laut berukuran besar lainnya dikumpulkan dan dibersihkan.

Setelah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, kemudian dicampur dengan garam dan gula merah yang sudah dihaluskan. Selanjutnya ikan-ikan itu dimasukkan kedalam guci atau gentong untuk diawetkan kurang lebih selama satu bulan dan di simpan di dalam kamar jimat Keraton.

“Bekasem ini nantinya akan disajikan sebagai salah satu lauk bersama nasi jimat di malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad. Meski, akan digelar secara internal didalam Keraton,” kata Sultan Kacirebonan Pangeran Abdul Gani Natadiningrat, Kamis (24/09/2020)

Baca Juga:  Mantan Anggota KPU Di Jabar Deklarasi Dukung Jokowi-Ma'ruf Amin

Proses tersebut, lanjut Pangeran Abdul Gani di mulai pada setiap tanggal 5 safar. Karena menurutya, proses pembuatan bekasem ini membutuhkan waktu cukup lama, dan akan dibuka pada tanggal 12 Rabiul Awal yang merupakan malam puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad.

“Ikan bekasem ini akan disajikan dengan piring jimat dan dibawa ke Masjid Keraton. Tapi, bedanya tahun ini tidak diarak, hanya langsung dibawa ke Masjid untuk kegiatan adat internal Keraton saja, “katanya.

Baca Juga:  Eti Didukung Ibu-Ibu Pengajian Lewat Doa Bersama

Dijelaskan Pangeran Abdul Gani, dipilihnya ikan dalam tradisi bekasem ini, karena Cirebon ini dikenal sebagai penghasil ikan laut. Terlebih lagi, dulu para wali tidak memakan daging, hanya makan buah sayur-sayuran, dan ikan laut.

“Maka dari itu, tradisi bekasem dengan menggunakan ikan laut ini, tetap pertahankan hingga sekarang, untuk menjaga warisan budaya Cirebon,” katanya. (Arn)