Batik Sudah Diakui Dunia, Tapi Kehidupan Pengrajinnya Masih Miris

JABARNEWS | GARUT – Seorang warga Kelurahan Pakuwon, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, bernama Kurnaesih (72) merupakan seorang pengrajin batik tulis asli Garutan.

Kurnaesih atau yang akrab disapa Mah Enong mengerjakan aktivitas rutinnya sebagai pembatik tulis garutan di rumah kontrakan di Jalan Mawar. Dirinya mengaku selalu menerima pesanan batik dari beberapa orang bahkan hingga pejabat.

“Ini pesanan ibu Bupati tinggal satu lagi, kemarin baru beres dua kain,” ucap Mah Enong, seperti dilansir dari Harian Garut News, pada Sabtu (3/10/2020).

Baca Juga:  Intip Beberapa Usaha Angelina Sondakh Pasca Bebas dari Penjara

Ada hal yang perlu diperhatikan terkait kehidupan pengrajin batik yang satu ini. Mah Enong mengaku, hingga saat ini dirinya belum memiliki rumah sendiri pasca mengalami pergusuran oleh PT KAI setahun yang lalu. Padalah rumah itu masih setoran.

Baca Juga:  Dalam Sehari, 1.460 Warga Kabupaten Cirebon Terjaring Operasi Yustisi

Ia mempunyai keinginan untuk membangun rumah sendiri, tapi mengingat keadaan yang hanya cukup makan dan bekal sehari-hari.

“Jangankan buat beli tanah dan bangun rumah kembali, buat makan saja kesulitan, belum lagi buat bayar kontrakan,” terang Mah Enong.

Mah Enong juga mengaku, almarhum suaminya memiliki gaji pensiunan, tetapi uang tersebut habis karena dipake buat bayar setoran rumah yang tergusur oleh PT KAI tersebut.

Baca Juga:  Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Asia U-17 2023!

“Pensiunan almarhum suami habis untuk cicilan pinjaman bekas bangun rumah, sementara rumahnya tergusur sudah enggak ada,” tutur Enong.

Mah Enong merupakan aset buat Kabupaten Garut bahkan juga aset buat Negara, karna batik sudah diakui dunia. Akan tetapi, pemerintah belum bisa melirik terkait kehidupan pengrajin batik di Indonesia. (Red)