Ini Dua Komoditas Produk Andalan Ekspor di Kabupaten Purwakarta

JABARNEWS | PURWAKARTA – Kerajinan kriya khas Plered dan buah manggis diyakini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta, merupakan komoditas produk andalan ekspor di sektor UMKM. Akan tetapi lantaran pandemi Covid-19 ini ekspor manggis maupun keramik menjadi terganggu.

Menurut, Kabid UKM Dinas Koperasi UMKM Perdagangan dan Peridustrian Ahmad Nizar, ekspor keramik ini sudah ada sejak dekade 80an.

“Sejak dulu, produk kerajinan kriya ini, banyak digemari warga asing. Adapun jenis yang paling banyak diburu, yakni vas bunga dan keramik hias,” jelas Nizar sapaan akrabnya, pada Rabu (7/10/2020).

Dengan begitu, lanjut dia, keramik dari tanah liat ini menjadi produk unggulan yang dimiliki Purwakarta.

“Kalau Keramik kita sudah lama ekspor ke berbagai Negara. Misalnya, pasar Eropa dan Amerika. Bahkan, saat ini keramik Plered juga banyak diminati warga Asia Timur Raya, salah satunya Korea Selatan,” ujar Nizar.

Baca Juga:  Kata-kata atau Ucapan Romantis Yang Harus Dipersiapkan Sebelum Valentine

Saat ini, kata dia, bukan hanya keramik khas Plered. Namun, ada beberapa produk UMKM lain yang juga jadi unggulan ekspor. Untuk bidang agro bisnis dan agro kultur misalnya, unggulannya adalah buah Manggis.

“Di bidang usaha kerajinan, unggulannya tetap keramik asal Kecamatan Plered.

Sedangkan, di bidang agro bisnis dan agro kultur, itu buah manggis. Untuk saat ini, ekspor dua produk UMKM itu, tak perlu diragukan lagi,” jelas dia.

Dijelaskanya, sejauh ini potensi ekspor keramik asal Plered cukup menjanjikan.

Baca Juga:  Habiskan Rp40 Miliar, Fraksi PKS Pertanyakan Soal Masker Scuba Pemprov Jabar

Pertahunnya, kata Nizar, ekspor keramik ini bisa mencapai 400 sampai 1.000 kontainer. Omzetnya pun lumayan, yakni mencapai Rp 1-3 miliar per kontainernya. Adapun negara-negara tujuan ekspor keramik ini, yakni Eropa, AS, Arab Saudi dan Korea Selatan.

Sedangkan ekspor manggis negara tujuannya yakni Cina, Jepang serta negara-negara di Asia Tenggara.

Khusus untuk manggis, tidak ada batas tertentu. Berapa pun hasil budidaya petani ini, pasti akan terserap oleh pasar ekspor. Terutama, pasar di negara tirai bambu tersebut.

Namun, di masa pandemi ini pasar ekspor mengalami kelesuan. Hal itu, tentu ada dampaknya bagi perajin maupun petani manggis. Akibatnya, ada penurunan permintaannya yang jika di persentasekan mencapai 50 persennya.

Baca Juga:  Wakil Wali Kota Bandung: Yang Penting GBLA Bisa Dipakai

“Memang, pasar luar negeri sedang mengalami kelesuan akibat corona. Tapi ada berkah tersendiri, karena pasar dalam negeri justru mengalami geliat. Jadi, keramik saat ini justru diminati masyarakat dalam negeri. Kalau manggis, pada Oktober ini belum memasuki masa panen raya,” ujarnya.

Nizar mengatakan, saat ini jumlah pelaku usaha keramik Plered mencapai 264 warga.

Sedangkan, jumlah pekerjanya mencapai 3.000 orang. Adapun untuk industri bata dan genteng, yang meliputi wilayah Citeko, Citalang, dan Tegalwaru, jumlahnya mencapai 40 ribu pekerja. Serta, ada 400 pengusaha.

“Kalau manggis, sentranya ada di sejumlah kecamatan. Seperti, Wanayasa, Pondoksalam, Kiarapedes, Bojong serta Darangdan. Adapun lahan manggisnya, lebih dari 1.500 hektare,” jelasnya. (Gin)