InfraDigital Faundation dan Mastercard Gelar Sertifikasi Cyber Security Untuk Siswa se-Jabar

JABARNEWS | BANDUNG – Lembaga non-profit, InfraDigital Foundation akan melatih 6.000 siswa SMK dari kalangan prasejahtera di Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk mendapatkan sertifikasi “cyber security” dan terhubung dengan industri yang membutuhkan.

Program Manager IDF, I Gede Pandu Wirawan dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (10/10/2020) mengatakan tujuan utama program ini adalah mengurangi angka pengangguran lulusan SMK dari keluarga prasejahtera dengan memberikan kemampuan cyber security yang dapat menjadi bekal bagi peserta untuk mandiri.

Rangkaian Program Pelatihan Cyber Security untuk siswa SMK yang diselenggarakan oleh Infradigital Foundation (IDF) bekerja sama dengan Mastercard Center for Inclusive Growth melalui Mastercard Academy 2.0 dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Selama 2020, Cyber Security Training Program telah melatih 672 siswa dan 80 guru SMK di Jawa Barat dan selama masa pandemi, rangkaian pelatihan dilakukan secara daring.

Untuk memastikan efektivitas pelatihan, IDF menyediakan uang saku untuk kuota internet bagi setiap murid sebesar Rp350 ribu selama 10 minggu pelatihan. Salah satu kegiatan dari rangkaian Cyber Security Training adalah webinar bertajuk “Perjalanan Karir Ahli Cyber Security” pada Jumat (9/10/2020).

Baca Juga:  Kasihan Ojol di Depok Belum Bisa Angkut Penumpang, Padahal Jakarta Boleh

Acara tersebut dibuka oleh Charlie Hartono (Country Lead Social Impact and Philanthropy PT. Mastercard Indonesia) dan menghadirkan pembicara dua orang ahli cyber security, yaitu Habibie Faried dan Fahri Shihab.

Kedua pembicara membagikan pengalaman dan inspirasi kepada murid SMK yang sedang mengikuti pelatihan dan webinar yang bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta tentang peluang karir dan masalah yang dihadapi oleh pekerja di bidang cyber security.

“Banyak orang masih kurang mengerti pentingnya bidang cyber security di masa kini dan akan datang. Webinar ini merupakan wadah yang baik untuk memotivasi talent cyber security masa depan,” kata Application Security Engineer Habibie Faried.

Security Engineer lainnya, Fahri Shihab menambahkan semakin teknologi berkembang, semakin banyak pula kerentanan sistem yang ada. Namun, tidak banyak tenaga ahli untuk mengamankan sistem itu karena informasi yang minim mengenai cyber security.

Baca Juga:  Alhamdulillah, Kasus Covid-19 di Purwakarta Berangsur Membaik

“Saya mengapresiasi kesempatan untuk berbagi pengalaman perjalanan karir di acara IDF dan berharap bisa menarik lebih banyak anak muda untuk terjun ke dunia cyber security,” ujar Fahri.

Sementara itu, Program Manager IDF I Gede Pandu Wirawan mengatakan kesenjangan kemampuan cyber security tidak hanya menjadi masalah perusahaan yang kesulitan mencari talent, tapi persoalan bangsa secara keseluruhan.

Melalui webinar tersebut, kata Pandu, IDF bersama MasterCard Indonesia berupaya mengomunikasikan pengetahuan yang tidak hanya relevan, tapi juga menarik perhatian generasi muda yang haus pengetahuan dan menginginkan karir yang menjanjikan.

Transaksi keuangan digital semakin populer di kalangan masyarakat. Bank Indonesia mencatat volume transaksi uang elektronik pada akhir 2019 melonjak 79,3 persen menjadi 5,2 miliar transaksi dibandingkan 2018 sebesar 2,9 miliar transaksi, namun minat masyarakat dalam menggunakan uang elektronik tidak berbanding lurus dengan ketertarikan atau pengetahuan masyarakat terkait cyber security.

Baca Juga:  Aturan Mudik! Pemudik Maksimal Istirahat 30 Menit di Rest Area

Hal ini terbukti dengan terbatasnya pekerja di bidang cyber security di Indonesia. Kurangnya tenaga pada bidang ini akhirnya berdampak pada banyaknya kasus cyber security di Indonesia, bahkan menyerang bank-bank ternama.

Kebutuhan yang tinggi terhadap sumber daya manusia ahli bidang keamanan siber berbanding terbalik dengan angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2020, 6,88 juta orang belum mendapatkan pekerjaan (menganggur). Angka ini paling banyak disumbang oleh lulusan SMK, yaitu 8,49 persen.

Melalui kolaborasi Mastercard dan IDF, Country Lead Social Impact and Philanthropy PT Mastercard Indonesia, Charlie Hartono mengatakan pihaknya percaya bahwa inisiatif ini dapat mendukung upaya pemerintah dalam melahirkan talenta-talenta digital baru di Tanah Air, serta menginspirasi generasi pemimpin-pemimpin muda yang mampu membuka potensi transformasi ekonomi digital bangsa. (Ara)