Pandemi Covid-19, Petani Cianjur Tetap Produktif dengan Protokol Kesehatan

JABARNEWS | CIANJUR – Di pandemi Covid-19, para petani warga Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tetap produktif dengan mengembangkan budidaya tumbuhan porang (jenis umbi) di lahan garapan.

Koordinator Penyuluh Pertanian (KPP) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Karangtengah Dinas Pertanian Pangan Perkebunan dan Hortikultura (DP3H) Kabupaten Cianjur, Abdul Sidik mengatakan, pengembangan tumbuhan porang di desa ini bisa dikatakan sebagai pionir.

Sidik mengungkapkan, di masa pandemi saat ini harus pandai-pandai atau pintar mencari peluang. Apalagi aktivitas dibatasi, jadi harus kreatif. Seperti halnya langkah yang dilakukan petani di desa itu, diharapkan bisa diadopsi oleh seluruh desa ada di Cianjur khususnya.

Baca Juga:  Susun Aturan Turunan Omnibus Law, Ini Langkah KSP

“Petani porang masih jarang, padahal tumbuhan jenis umbi-umbian ini memiliki nilai jual yang relatif cukup tinggi. Jangan bermalas-malasan kerja dan mengembangkan potensi ada dalam diri, karena terganjal pademi saat ini,” katanya, Jum’at (16/10/2020).

Dalam kesempatan itu, Sidik mengimbau para petani selalu mematuhi protokol kesehatan. Bila sedang bekerja, dan sesudah bekerja pun jaga kebersihan dan kesehatan.

Selain berbagi ilmu di bidang pertanian saling mengingatkan pula pentingnya menerapkan kebiasaan perilaku baru 3M (Menjaga jarak, Memakai masker dan Mencuci tangan pakai sabun).

“Bisa berbagi ilmu pengetahuan bertani untuk bisa berkolaborasi, juga mentaati protokol kesehatan pula,” jelasnya.

Sidik menutrkan menanam porang bisa menjadi nilai lebih atau tambah pendapatan bagi para petani. Tumbuhan porang banyak dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai produk.

Baca Juga:  Para Polisi Ini Berlutut Dukung Demonstran Kematian George Floyd

“Nah, misalnya untuk bahan baku kosmetik, obat-obatan (farmasi), jeli dan lainnya,” kata dia.

Lahan yang dikembangkan untuk tumbuhan porang di Desa Sindangasih cukup mumpuni. Ada yang mencapai lima hektar. Bahkan pengembangannya mencapai 15 hektare.

Tumbuhan berjenis liar porang bisa ditanam pada lahan berkarakteristik apapun. Artinya, mau ditanam di dataran tinggi maupun rendah, tumbuhan ini bisa tetap bertahan.

Dari segi perawatan tidak terlalu rumit. Namun, pihak BPP akan ikut mengawal seandainya terjadi potensi serangan pengganggu tanaman.

“Petani bisa melaporkan kalau ada potensi menurunkan hasil akibat hama atau penyakit, nanti akan kita bantu cari solusinya,” ucapnya.

Baca Juga:  Musim Hujan Harga Tomat Naik Harga Sayuran Lain Turun

Seorang petani porang, Yandi Sopiandi mengatakan, ada empat lokasi yang dijadikan lahan pengembangan tumbuhan porang. Mengembangkan budidaya tanaman porang sangat tepat di masa pandemi Covid-19.

“Ada tiga jenis bibit porang yaitu katak, umbi, dan polybag,” terang Yandi.

Yandi memastikan, pengembangan tumbuhan porang yang dilakukannya ramah lingkungan karena menggunakan pupuk organik. Pada bulan kedua setelah tumbuh batang dan daun, pihaknya menggunakan pupuk kompos kotoran sapi.

“Ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan umbi. Jadi ada dua macam pupuk kompos yang kami gunakan,” tambahnya. (Mul)