BMKG Minta Masyarakat Waspada Soal Peningkatan Gempa di Mentawai

JABARNEWS | BANDUNG – Kegempaan di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, khususnya di wilayah Pagai Selatan belakangan tengah meningkat. Gempa tektonik pada Senin siang, 19 Oktober 2020, berupa gempa ganda plus satu yang terjadi pada pagi. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk waspada.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan, gempa ganda atau doublet earthquakes itu terjadi pukul 14.31 dan 14.47 WIB. Kekuatan gempanya bermagnitudo 5,6 dan 5,7. Pusat sumber atau episenter kedua gempa itu terletak di laut.

“Jaraknya sekitar 33 kilometer arah barat daya Pagai Selatan,” ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin (19/10/2020).

Baca Juga:  Senegal Dikalahkan Belanda 2-0 Tanpa Balas di Piala Dunia 2022

Gempa ganda itu tergolong dangkal dengan kedalaman sumber 13 dan 17 kilometer.

“Kedua gempa ini dirasakan di Pagai, Kepulauan Mentawai, Padang, Painan, Bengkulu, dan Kepahiang, hingga membuat masyarakat panik,” kata Daryono.

BMKG mencatat aktivitas kegempaan di Pagai Selatan meningkat sejak 15 Oktober 2020. Sejak itu terhitung telah terjadi 13 kali gempa dangkal dengan variasi magnitudo. Rinciannya yaitu pada 15 Oktober terjadi 4 kali gempa, 17 Oktober juga 4 kali gempa, sekali gempa pada 18 Oktober, dan sisanya hari ini.

“Semua gempa bersumber dari kedalaman dangkal akibat aktivitas subduksi atau penunjaman lempeng di Zona Megathrust Mentawai-Pagai,” ujar Daryono.

Baca Juga:  Inilah Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 1441 H

Rentetan aktivitas gempa yang pusat sumbernya membentuk kluster di sebelah barat Pagai Selatan ini, Daryono menyatakan, patut diwaspadai.

“Karena dikhawatirkan rentetan gempa ini merupakan gempa pembuka sebelum terjadinya gempa utama,” kata Daryono.

BMKG meminta masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan namun meningkatkan kewaspadaan. Termasuk siap merespons setiap informasi serta peringatan dini dengan baik dan rasional.

“Baik respons evakuasi mandiri maupun peringatan tsunami,” ujarnya.

Menurut Daryono evakuasi mandiri dinilai lebih menjamin keselamatan. Caranya dengan menjadikan guncangan gempa kuat yang dirasakan di pantai sebagai peringatan dini tsunami. Evakuasi mandiri ini dinilai lebih banyak memiliki waktu emas untuk menyelamatkan diri dari tsunami.

Baca Juga:  Parkir di Pinggir Jalan, Rendra Soedjono Jadi Korban Pencurian Segini Kerugiannya

“Bagi masyarakat pesisir, jika merasakan guncangan gempa kuat maka segeralah menjauh dari pantai,” kata dia.

Berdasarkan riwayat gempa sebelumnya, di sebelah barat kluster pusat-pusat gempa Pagai Selatan saat ini pernah menjadi pusat gempa besar yang memicu tsunami pada 25 Oktober 2010. Saat itu terjadi gempa dengan kedalaman dangkal, 20 kilometer, dengan kekuatan magnitude 7,8. Dampak peristiwa tsunami yang terjadi pada saat itu, lebih dari 400 orang meninggal. (Red)