Pasca Gempa, PHRI Sebut Okupansi Hotel di Pangandaran akan Alami Penurunan

JABARNEWS | BANDUNG – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut pasca gempa sebesar 5,9 SR memberikan dampak yang cukup signifikan bagi okupansi hotel di Pangandaran.

Divisi Promosi dan Humas PHRI, Abi Kuswanto mengungkapkan, pasca peristiwa tersebut berdampak terhadap okupansi hotel yang harus menurun karena kekhawatiran masyarakat mencapai 10 persen.

Meski tidak berpotensi tsunami, lanjut dia, nyatanya gempa tersebut diperparah dengan maraknya berita hoaks di media sosial yang menimbulkan keresahan tersendiri di masyarakat.

Baca Juga:  Trio Macan Muncul Lagi dengan Personel Baru

“Untuk cancelation sampai saat ini sudah mencapai 10 persen untuk di hotelnya, pasca gempa kemarin, ini pun terjadi akibat maraknya berita hoaks di media sosial yang dikaitkannya gempa kemarin terhadap isu tsunami padahal, BMKG sudah merilis gempa itu sama sekali tidak memicu tsunami,” kata Abi dalam keterangannya, Rabu (28/10/2020).

Dia menerangkan, sebelum adanya gempa, sejumlah mitigasi bencana jikalau nantinya bencana muncul terus di lakukan, mulai dari pemetaan titik aman untuk berkumpul, membaca tanda tanda alam yang menjadi sinyal bencana hingga pelatihan evakuasi ketika gempa terjadi.

Baca Juga:  Kualitas Air Cimahi Buruk, Empat Perusahaan Digugat ke Pengadilan

“Sebenarnya untuk mitigasinya sendiri di hotel yang ada di Pangandaran sudah diberikan, mulai dari dimana titik aman berkumpul, seperti apa cara evakuasi dan waktu untuk evakuasi,” terangnya.

Abi menegaskan, informasi yang menyatakan bahwa, gempa 5,9SR yang mengguncang Pangandaran pada Minggu (25/10/2020), dapat memicu tsunami merupakan berita hoax, yang ditimbulkan hanya untuk membuat kegaduhan semata di masyarakat, di tengah merebaknya isu Tsunami setinggi 20 meter.

Baca Juga:  Sempat Dikabarkan Hilang, Dubes RI Umumkan Artis Marshanda Ditemukan

“Untuk gempa kemarin sesuai dengan informasi yang di keluarkan BMKG, sama sekali tidak berpotensi tsunami, dan berita yang banyak beredar di masyarakat melalui media sosial yang menyatakan berpotensi tsunami itu hanya berita bohong,” tutupnya. (Rnu)