Survei IPO: Kekecewaan Terhadap Kinerja Presiden Meningkat

JABARNEWS | BANDUNG – Kekecewaan publik terhadap kinerja Presiden dan Wapres meningkat, hal itu disampaikan direktur eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, dalam paparan hasil survei dan diskusi media.

Survei sendiri menggunakan metode purposive sampling dilakukan terhadap 170 orang pemuka pendapat (opinion leader) yang berasal dari peneliti Universitas, lembaga penelitian mandiri, dan asosiasi ilmuwan sosial/perguruan tinggi

Sementara survei terhadap massa pemilih nasional dilakukan dengan metode multistage random sampling terhadap 1200 responden di seluruh wilayah proporsional Indonesia dengan margin of error dalam rentang 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Periode survei 12-23 Oktober 2020

Baca Juga:  Ini Komitmen Demiz Untuk Dorong Kesejahteraan Guru

“Jika dibandingkan pada survei periode Juli 2020, kekecewaan pada Presiden meningkat dari 33.5 persen menjadi 51 persen. Begitu halnya dengan Wapres, dari 42.5 persen responden menyatakan tidak puas, meningkat menjadi 67 persen,” kata Dedi dalam keterangannya, Kamis (29/10/2020).

Dalam paparannya, dia menjelaskan, faktor paling berpengaruh terhadap kekecewaan Presiden dan Wapres adalah faktor kepemimpinan 75 persen, keberpihakan pada rakyat 71 persen, integritas atau ketepatan janji 66 persen, koordinasi antar lembaga 69 persen dan empati atau aspiratif 53 persen.

Baca Juga:  Kualitas Air Cimahi Buruk, Empat Perusahaan Digugat ke Pengadilan

Dalam bidang Ekonomi, ucap Dedi, penilaian publik atas kinerja pemerintah cukup menegaskan ketidakpuasan, hal ini terlihat dari akumulasi respon buruk (51 persen) dan sangat buruk (6 persen) mencapai 57 persen. Sementara respon positif hanya mampu menyerap 43 persen.

Baca Juga:  Legenda Penjaga Gawang Timnas Indonesia Wafat, Si Tangan Emas Hanya Tinggal Kenangan

“Menko Ekonomi Airlangga Hartarto sendiri mendapat respon kepuasan publik hanya di urutan ke 6 dengan persentase 36 persen, persepsi ini cukup menegaskan jika performa Airlangga dianggap mengecewakan,” ucapnya.

Kekecewaan publik atas kondisi ekonomi ini dipengaruhi beberapa hal, di antaranya; persepsi mahalnya harga bahan pokok (58 persen), sulitnya mencari pekerjaan (44 persen), sulitnya melakukan transaksi perdagangan/jual beli (38 persen) dan pengaruh lain (34 persen). (Rnu)