Ini Ajakan Anies Baswedan kepada Para Wartawan

JABARNEWS | JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengharapkan wartawan bisa lebih banyak menggunakan bahasa daerah dalam karyanya. Dia berujar, negara ini kaya akan bahasa daerah yang dapat didorong menjadi Bahasa Indonesia.

“Kami harap teman-teman (wartawan) yang fokus pada Jakarta dalam karya-karya jurnalistik memanfaatkan kekayaan bahasa daerah untuk suplai bahasa Indonesia,” kata dia saat menyampaikan pidatonya yang disiarkan secara virtual, Senin (2/11/2020).

Pernyataan ini disampaikan saat perhelatan Anugerah Jurnalistik MH Thamrin ke-46 di Ruang Pola lantai 2 Gedung Blok G Balai Kota Jakarta. Penghargaan MH Thamrin diberikan kepada tujuh pemenang utama dari masing-masing kategori.

Baca Juga:  Lomba Tingkat Provinsi Jabar, Tim PKK Bogor Optimis Juara Umum

Anies menuturkan ada 23 ribu diksi Bahasa Indonesia pada 1953 yang berkembang menjadi sekitar 100 ribu saat ini. Namun, lanjut dia, kosa kata Bahasa Inggris melampaui jumlah itu yang mencapai satu juta dan bertambah tujuh ribu setiap tahunnya.

Baca Juga:  Pasien Cacar Monyet Jalani Isolasi di RSHS Bandung

Negara lain pun tak segan mengadopsi kata Bahasa Inggris sebagai bahasa baru di wilayahnya.

“Karena utamanya para jurnalis-jurnalisnya menjadi promotor pemanfaatan diksi-diksi baru yang diserap dari seluruh wilayah,” ucapnya.

Padahal, menurut Anies, Indonesia memiliki ratusan kata yang sebenarnya dapat dijadikan stok sebagai Bahasa Indonesia baru. Dia mencontohkan kata Lingko yang memiliki makna jejaring laba-laba.

Lingko adalah konsep irigasi sawah di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Untuk itulah, Anies menamakan sistem integrasi transportasi di Ibu Kota Jakarta Lingko atau disingkat JakLingko.

Baca Juga:  Obat dan Vaksin DBD Belum Ada, Masyarakat Hanya Diminta Waspada dan Lakukan Pencegahan

Contoh lainnya, bahasa sehari-hari yang diadopsi dari negara lain, seperti tsunami, gadget, dan kontemporer. Tiga bahasa tersebut, lanjut dia, dapat diubah menjadi smong (asal Aceh), gawai, dan kiwari (asal Sunda).

“Jakarta menjadi urban setting yang berpotensi menjadi laboratorium untuk kata-kata diserap dari bahasa daerah dan itu tidak dimiliki bangsa lain,” ujarnya. (Red)