Kasus Stunting Marak Terjadi di Cianjur, Ini Kata Plt Bupati

JABARNEWS | CIANJUR – Sebanyak 33 desa tersebar di 32 kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi fokus prioritas penanganan kasus stunting. Berbagai kampanye penanganan dan pencegahan stunting terus digaungkan Dinas Kesehatan setempat dengan target ke depan bisa nol kasus.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Irvan Nur Fauzi, mengatakan stunting masih menjadi perhatian serius Pemkab Cianjur. Pasalnya, sampai saat ini kasus stunting masih ditemukan.

“Ada 33 lokus prioritas stunting. Jadi ada 33 desa. Tahun depan kami akan mengembangkan terus. Setelah 33 desa ini digarap tahun ini, untuk tahun depan kami menggarap lagi desa-desa lain dengan pendekatan yang sama,” terang Irvan dilansir dari Media Indonesia, Kamis (5/11/2020).

Baca Juga:  Dari Aceh hingga Papua, PKS Salurkan 140 Ribu Bantuan Alat Sekolah untuk Anak Kurang Mampu

Irvan menyebutkan, angka kasus stunting di Kabupaten Cianjur menunjukkan progres positif. Artinya, terdapat penurunan angka yang cukup signifikan.

“Alhamdulillah, dari Riskesdas (riset kesehatan dasar) serta SSGB (studi status gizi balita) tahun 2018, angka kami jauh menurun. Pada Riskesdas 2017 angkanya di kisaran 30 persen, sekarang sudah 26 persen,” jelas Irvan.

Penurunan angka kasus stunting itu bagi Irvan cukup maju. Keberhasilan menurunkan angka stunting, jelas Irvan, tentu merupakan kerja sama dan kolaborasi dari semua pihak di semua tingkatan pemerintahan.

Baca Juga:  Jadwal Imsakiyah dan Salat Wilayah Purwakarta, Subang, Karawang Jumat 14 April 2023

“Sudah cukup jauh penurunannya. Ini berkat kerja sama semua unsur pemerintah di tingkat kabupaten hingga desa bahkan level keluarga,” tuturnya.

Beberapa hari lalu perwakilan dari Kabupaten Cianjur diundang menghadiri kegiatan workshop stunting di Jakarta. Irvan berharap dari kegiatan itu menghasilkan solusi yang pada akhirnya berdampak terhadap upaya-upaya penanganan stunting di Kabupaten Cianjur.

“Berbagai upaya terus kami lakukan. Memang ada fondasi-fondasi untuk menangani stunting,” ungkapnya.

Di antara fondasi, kata Irvan, meliputi kampanye pencegahan stunting yang terus digencarkan. Kemudian ada kebijakan dari para pemangku kepentingan seperti pimpinan daerah serta unsur pentahelix untuk mengurangi angka stunting.

Baca Juga:  Penjelasan KNKT Soal Penyelidikan Tabrakan Kereta Api di Cicalengka Bandung

“Lalu selanjutnya upaya perbaikan gizi masyarakat. Paling penting yang harus kita jaga yaitu 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kali pertama seorang ibu dinyatakan hamil sampai anak berusia 2 tahun. Nah ini yang dinamakan golden periodic atau periode emas mencegah terjadinya stunting,” bebernya.

Karena itu, 1.000 hari pertama kehidupan tersebut bisa dikatakan sebagai kunci mencegah dan mengendalikan terjadinya stunting. Jika 1.000 hari pertama kehidupan itu terabaikan, kata Irvan, dinas kesehatan akan cukup kesulitan mengintervensinya. (Red)