Eksistensi Perguruan Pencak Silat Merpati Putih Dulu Hingga Kini

JABARNEWS | PURWAKARTA – Pada Minggu, (1/11/2020) secara resmi Pengurus Cabang (Pengcab) Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS BETAKO) Merpati Putih berdiri di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dalam peresmian berdirinya PPS BETAKO Merpati Putih Cabang Purwakarta tersebut dihadiri langsung dua ahli waris Perguruan Pencak Silat Merpati Putih, yaitu Amos Priono Tri Nurgroho dan Nehemia Budi Setyawan.

Usai kegiatan peresmian tersebut, Tim JMN Channel berkesempatan mewawancarai kedua ahli waris Perguruan Merpati Putih.

Di awal wawancara, Amos Priono Tri Nurgroho salah satu pewaris mengatakan, ia bersama saudaranya Nehemia Budi Setyawan mengaku sangat beruntung meneruskan apa yang sudah dibuat oleh pendahulu, guru besar dan orang tua mereka yaitu Poerwoto Hadipoernomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadipoernomo (Mas Budi).

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/bslnABL7joU” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Baca Juga:  [INFOGRAFIS] Jaga Konsentrasi Belajar atau Bekerja di Rumah

Kedua guru besar mereka tersebut, ujar Amos, sangat jenius karena menerapkan kultur dan budaya majemuk di Merpati Putih. Sebab, anggota Merpati Putih berasal dari berbagai agama, suku dan budaya menjadi satu kesatuan.

“Keberagaman yang ada di Merpati Putih ini membuat kami bangga,” kata Amos.

Amos menuturkan, di Merpati Putih tidak melulu melakukan pencak silat seperti tarung, namun mengembangkan bela diri untuk kesehatan, salah satunya olah nafas. Di masa pandemi ini olah nafas yang dilakukan Merpati Putih ternyata sangat berguna karena bisa meningkatkan imunitas tubuh.

“Kami menemukan olah nafas yang mampu meningkatkan imunitas tubuh yang berguna bagi pasien Covid-19 dan masyarakat agar terhindar dari penularan Covid-19,” ujar Amos.

Dalam kesempatan itu, Nehemia Budi Setyawan menceritakan sejarah singkat tentang berdirinya Merpati Putih. Pria yang akrab disapa Hemi tersebut mengatakan, bahwa Merpati Putih berhulu dari Raden Mas Rahmat (kelak bergelar Amangkurat II) yang hidup semasa Mataram belum pecah dua akibat Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755).

Baca Juga:  Kawanan Monyet dan Pergerakan Tanah di Saguling Ciamis: Pertanda Alam?

“Dulu belum disebut namanya silat Merpati Putih. Silatnya pun diwariskan turun-temurun khusus di lingkungan keraton,” ujar.

Ciri khas gerakan-gerakan dalam silat Merpati Putih yang terbilang halus tak lepas dari pengaruh Nyi Ageng Joyorejoso, masih turunan Grat ke-III dari Amangkurat II. Nyi Ageng memilih menyendiri keluar keraton sampai punya tiga putra, yaitu Gagak Handoko, Gagak Seto, dan Gagak Samudro.

“Nah, Merpati Putih itu turunnya lewat Gagak Handoko, yang punya keistimewaan ilmu kanuragannya,” kata Hemi.

Jauh setelah itu, silat Amangkurat itu akhirnya disebarluaskan untuk umum. Itu terjadi pada 1963 di masa Guru Besar Raden Mas Saring Hadipoernomo, Grat X dari Amangkurat II.

Baca Juga:  Kader Demokrat Jabar Tewas Diserang Orang Tak Dikenal, BPOKK Minta Polisi Segera Bertindak

“Pak Saring mengamanahkan dua putranya, Mas Poeng (Poerwoto Hadipoernomo) dan Mas Budi (Budi Santoso Hadipoernomo), bahwa melihat kondisi di Indonesia mulai banyak beladiri asing masuk Indonesia, Pak Saring merasa sudah waktunya ilmu silatnya terbuka untuk masyarakat umum. Akhirnya, Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong (PPS Betako) Merpati Putih berdiri pada 2 April 1963,” jelasnya.

Selain itu, tambah Hemi, Merpati Putih merupakan akronim dari Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening yang maknanya Mencari sampai mendapat kebijakan dalam keheningan. Nama itu hasil dari perenungan RM Saring.

“Makna Pancasila dan ke-Indonesia-an tersurat di seragam putih-merah MP. Di seragam berwarna putih terdapat motif segilima berwarna merah sebagai perlambang lima sila dalam Pancasila,” tambahnya. (Red)