Antara Sanitasi dan Investasi

Penulis: N. Vera Khairunnisa (Pegiat Literasi)

Sungguh ironis, di tengah dunia dengan kemajuan teknologinya yang luar biasa, terdapat fakta mengejutkan bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Dan ini terjadi di Indonesia, negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.

Melihat data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, hampir seperlima warga di Jawa Barat (Jabar) masih melakukan buang air besar sembarangan (BABS). Dikutip detikcom dari laman Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Dirjen Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Lingkungan sebanyak 9,12 juta warga Jabar masih melakoni perilaku BABS. (17/11/2020)

Bagi sebagian orang, mungkin merasa heran. Mengapa bisa di zaman yang serba modern, masih ada yang berperilaku terbelakang seperti itu? Rasa heran itu akan hilang, kalau bisa lebih peka lagi melihat kondisi di sekitar. Sebab sebagian besar dari mereka yang BABS, bukan hanya semata-mata faktor kejorokan. Namun, karena mereka tidak mampu menciptakan sanitasi yang layak disebabkan kemiskinan.

Jika melihat data kemiskinan di Jabar, akan terdapat relevansi antara data jumlah warga yang BABS dan jumlah warga miskin. Tahun ini saja, jumlah warga miskin hampir 4 juta jiwa. Data ini didapatkan dengan memakai nilai garis kemiskinan hanya kurang dari Rp 500 ribu per jiwa per bulan. Jika nilai standar garis kemiskinan ditambah, bisa jadi data warga miskin lebih banyak lagi. Maka problem BABS ini akan hilang seandainya kemiskinan mampu diselesaikan.

Baca Juga:  Rayakan Ulang Tahun ke-21, Daya Motor Berkomitmen menjadi Dealer Sepeda Motor Honda Terbaik di Indonesia

Hanya saja, apakah kita melihat ada upaya dari pihak yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ini? Lebih-lebih, adakah mereka menyadari bahwa masih begitu banyak warganya yang buruk dalam hal sanitasi?

Berbarengan dengan munculnya berita tentang buruknya sanitasi, muncul juga tentang keberhasilan Jabar dalam hal investasi. Menurut Gubernur Jawa Barat dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2020, saat pandemi, investasi malah meningkat sampai Rp360 triliun. (Merdeka. com, 16/11/2020)

Begitulah, masih saja investasi dinilai sebagai upaya memulihkan ekonomi dan membuka lapangan kerja. Padahal, selama tiga tahun berturut-turut sejak 2017, realisasi investasi Jawa Barat menjadi yang tertinggi di Indonesia. Jabar juga memiliki banyak proyek pembangun infrastruktur.

Namun, banyaknya investasi dan pembangunan infrastruktur tersebut apakah berkolerasi dengan kesejahteraan rakyat? Jika iya, mengapa masih banyak ditemukan warga dengan sanitasi yang buruk? Juara investasi, namun tak mampu selesaikan problem sanitasi. Ini jelas sebuah ironi.

Baca Juga:  Makin Pedas, Harga Cabai Rawit Merah di Purwakarta Tembus Rp100 Ribu per Kilogram

Islam Selesaikan Masalah Sanitasi – Tahukah kita, bahwa Islam sangat memperhatikan masalah sanitasi. Dalam beribadah salat, yang menjadi syarat sah salah satunya adalah suci diri dan tempat dari najis. Yang dimaksud najis adalah segala sesuatu yang kotor semisal air kencing dan tinja.

Bahkan dalam Islam, kesucian adalah bagian dari iman. Maka, penyediaan sanitasi yang baik bukan hanya karena alasan kesehatan, namun juga atas dorongan keimanan. Maka dari itu, semua pihak memiliki peran untuk menjamin ketersediaan sanitasi yang layak bagi masyarakat. Terlebih lagi penguasa dalam pandangan Islam.

Dalam Islam, penguasa memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya.

Rasulullah saw. bersabda:

فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Apabila diatur oleh sistem Islam, satu hal yang tidak masuk akal jika masih ada warga yang melakukan BABS. Sebab Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan berbagai problem. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam, kemiskinan akan mampu dihilangkan.

Baca Juga:  Rajin Olahraga & Tidak Merokok, TB Hasanuddin Optimis Lolos Tes Kesehatan

Setiap warga pasti akan didorong untuk memiliki sanitasi sendiri, hal ini dilakukan untuk menjaga aurat. Mereka pun akan senantiasa dibina dengan tsaqafah Islam mengenai thaharah.

Perhatian penguasa Islam dalam hal sanitasi pun terbukti ketika masa kejayaan Islam. Sejak abad ke-10, jauh sebelum Barat mengenal toilet seperti yang kita kenal sekarang, apa yang ditemukan dalam kamar mandi dan praktik kebersihan di hampir semua wilayah kekuasaan kaum Muslim bisa bersaing dengan apa yang dikembangkan saat ini. 

Di daerah-daerah yang dikuasai, tradisi Islam turut disebarkan, termasuk pentingnya menjaga kebersihan. Sejarah mencatat, saat mereka menguasai Konstantinopel, salah satu yang dibenahi adalah urusan buang hajat ini. Mereka membangun 1.400 toilet umum, ketika tak satupun WC ditemukan di seantero Eropa. (Republika.co.id, Toilet di Masa kejayaan Islam, Seperti Apa?)

Luar biasa ketika Islam yang jadi pedoman. Masalah sanitasi pun, tak luput dari perhatian. Jika berabad-abad lalu saja sanitasi sudah memiliki kemajuan, apalagi di abad milenial seperti saat ini. Tentu seharusnya jauh lebih baik lagi, bukan? (*)

Isi tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis.