Indonesia Bisa Jadi Pusat Lobster Dunia, Ini Faktanya

JABARNEWS | BANDUNG – Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad), Yudi Nurul Ihsan mengatakan bahwa Indonesia berpotensi menjadi pusat Lobster Asia, bahkan dunia.

Menurutnya, ada fakta yang sangat istimewa yakni Indonesia memiliki wilayah yang strategis sebagai perangkap Lobster di alam. Dia menungkapkan bahwa pada umumnya Lobster itu memijah atau bertelur di bumi bagian selatan yaitu Australia, kemudian benurnya terbawa oleh arus ke arah utara sampai akhirnya masuk ke perairan Indonesia di wilayah Timur Sumatera dan di Selatan pulau Jawa.

“Benur Lobster terperangkap disitu, jadi kalau mencari dimana Benur Lobster, ya berarti di wilayah perairan Indonesia. Vietnam pun berhasil mengembangkan Lobster itupun benurnya dari Indonesia,” kata Yudi kepada jabarnews.com, Minggu (29/11/2020). 

Baca Juga:  Posyandu Goes To Mall, Inovasi Keren Di Bojongloa Kaler

Dia menjelaskan, sampai saat ini memang belum ada yang menghitung secara pasti berapa populasi atau stok Benur Lobster yang ada di perairan Indonesia. Tapi, lanjut dia, secara umum sekitar 4 miliar benur setiap tahun.

Oleh karena itu, Yudi menilai perlu adanya penangkapan dan budidaya Benur Lobster yang diatur dalam regulasi.

Dia menyebut, saat ini sudah ada kebijakan usaha nelayan menangkap Lobster yang telah diatur dalam Permen No 12 Tahun 2020 yang bisa dioptimalkan dan dimanfaatkan oleh para nelayan. Seandainya, ucap Yudi, pemerintah membuat peraturan perlu ditangkap 25 persennya maka tidak akan mengganggu populasi Benur Lobster di alam.

Baca Juga:  Wah, Warga Pacet Cianjur Masih Mengungsi di Tenda

“Nah, apakah penangkapan Lobster akan mengganggu ekologi atau tidak. Kalau itu kita atur dengan aturan yang bagus dengan menerapkan sistem kuota penangkapan, tidak ada masalah sebetulnya. Seandainya Lobster tidak diambil oleh nelayan, Benur Lobster itu juga mati karena dimakan oleh ikan atau predator atau secara alami,” jelasnya.

Yudi mengungkapkan, Benur Lobster di Indonesia memiliki survival rate yang sangat kecil yakni sekitar 0,01 persen. Untuk meningkatkan survival ratenya maka perlu adanya budidaya, sehingga dapat naik 50 sampai 60 persen.

Baca Juga:  Percepat Vaksinasi Covid-19 ke Daerah Pelosok, Pemerintah Kabupaten Garut Sederhanakan Tim Vaksinator

“Maka idealnya Benur Lobster itu kita ambil dari alam dengan pengaturan kuota, kemudian kita budidayakan di dalam negeri. Nanti hasilnya dieksport,” ungkapnya.

Namun, ujar Yudi, yang menjadi permasalahan yakni teknologi dan studi budidaya Lobster tidak ada di Indonesia. Dia mencontohkan, budidaya Lobster di Lombok terlalu kecil dengan survival rate baru 30 persen.

“Nah, masalahnya karena selama 5 tahun terakhir kita tidak boleh menangkap Benur Lobster, maka studi atau upaya untuk melakukan budidaya Lobster tidak ada. Sehingga benur losbter itu ditangkap oleh nelayan kita tidak siap untuk membudidayakan,” tutupnya. (RNU)