Berikut Profil Dan Karir Menteri Nadiem Anwar Makarim

JABARNEWS | BANDUNG – Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. ia lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 dan sekarang berumur 36 tahun merupakan seorang pengusaha Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo-K.H Ma’ruf Amin, yang dilantik pada 23 Oktober 2019.

Nadiem Anwar Makarim adalah Putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka yang berketurunan Minang-Arab. Sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga:  Teknologi Sih Canggih, Tapi Sayang Bacaannya Tidak Berkualitas

Pada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor.

Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Gojek yang telah ia rintis sejak tahun 2011. Saat ini Gojek merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia.

Baca Juga:  Tekan Angka Polusi, Pemkot Bandung Hadirkan Motor Listrik

Pada bulan Agustus 2016, perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.

Sebagai menteri pendidikan, Nadiem Makarim mencanangkan kebijakan merdeka belajar yang salah satunya, pada awalnya, adalah rencana menghapus Ujian Nasional (UN).Namun kemudian, ia mengklarifikasi istilah menghapus Ujian Nasional yang ramai di pemberitaan.

Baca Juga:  Polda Jabar Amankan Dua Warga Cirebon Diduga Terkait Aksi 21-22 Mei

Ia mengatakan tidak menghapus Ujian Nasional tetapi hanya menggantinya dengan sistem baru. Sistem baru ini dinamai Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.

Penulis: Muhammad Amaludin