Kecam Sikap Intoleran di Purwakarta, Ketua MUI: Bisa Bikin Gak Nyaman

JABARNEWS | PURWAKARTA – Akhir-akhir ini di Purwakarta muncul dugaan sikap intoleran, terlebih setelah adanya pihak tenaga kesehatan (Nakes) di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta yang seolah mempropaganda untuk menolak vaksin Sinovac.

Terkait hal tersebut, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purwakarta, KH Jhon Dien, mengingatkan semua pihak agar kembali pada jati diri bangsa yang menghargai kemajemukan, pluralitas, serta heterogenitas yang dirumuskan dalam sebuah konsensus agung bernama Pancasila yang dibangun di atas bingkai Bhineka Tunggal Ika.

Baca Juga:  Wah, 40 Persen Calon Jamaah Haji di Jabar Masuk Kategori Lansia

KH Jhon Dien menambahkan, sikap intoleran baik itu dilakukan masyarakat umumu, tokoh agama, tokoh tertentu hingga Nakes masih menjadi ancaman bagi kemajemukan bangsa.

“Intoleran juga bisa merusak tatanan yang ada, padahal Purwakarta sudah di kenal dengan toleransinya yang baik, hingga menciptakan Purwakarta yang aman, damai dan nyaman,” ungkap KH Jhon Dien, saat ditemui di kediamannya, pada Senin (18/1/2021).

Karena itu, lanjut dia, jika ada potensi penguatan intoleransi di Purwakarta apalagi di Instansi milik pemerintah, itu menjadi peringatan besar bagi kita semua untuk berhati-hati.

Baca Juga:  Sejumlah Ruas Jalan di Kota Tebing Tinggi Tak Bisa Dilalui Akibat Banjir

“Intoleran adalah hulu terorisme. Jarak antara mereka bisa dibilang hanya setarikan napas. Namun, kita sering menganggap enteng intoleransi. Maka dari itu semua pihak harus berhati-hati,” pesan Kyai kharismatik itu.

Menurutnya, situasi seperti itu tidak bisa dibiarkan lebih jauh. Semua masyarakat Indonesia harus bersatu baik secara kemasyarakatan maupun keagamaan.

“Sikap toleransi harus menjadi kebutuhan, karena kebhinekaan adalah elemen pembentuk bangsa. Kebhinekaan bukan hanya fakta sosiologis yang hanya diterima sebagai sesuatu yang given, tetapi juga harus terus menerus diperjuangkan,” paparnya.

Baca Juga:  Warga Bandung Patut Berbangga, 22 Atlet Paralimpik Kota Bandung Bawa Pulang Medali pada ASEAN Paragames 2022

Pasalnya, kata dia, ketidakmampuan mengelola kemajemukan mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak radikalisme yang menggerus sikap toleran.

“Islam mengajarkan umat untuk menghormati satu sama lain. Oleh karena itu perbedaan harus menjadi energi untuk memproduksi kekuatan kolektif sebagai sebuah bangsa, bukan dijadikan sebagai benih untuk menumbuhkan perpecahan. Kebhinekaan harus menjadi kekuatan bangsa. Masyarakat Indonesia, khususnya Kabupaten Purwakarta harus bersatu untuk mewujudkan Indonesia yang saling bantu dan saling sayang,” pungkasnya.

Penulis: Gigin Ginanjar