Arsitektur Metabolisme, Solusi Ruang pada Masa Pandemi

Penulis: Hasya Arwa A (Universitas Katolik Parahyangan)

Sejak pemberlakuan kebijakan stay at home sekitar bulan Juli 2020 lalu, pemerintah akhirnya memperbolehkan beberapa sektor untuk melaksanakan kegiatannya secara tatap muka, tetapi tetap menjalankan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus Covid-19. dengan menjaga jarak sekitar satu meter dengan orang lain, menghindari kerumunan atau tempat indoor.

Jika terpaksa berkumpul di ruang tertutup hendaknya menambah ventilasi alami di ruang tersebut (WHO, 2019). Protokol ini penting untuk menekan angka penyebaran virus, mengingat banyaknya kegiatan yang harus tetap berjalan dalam kondisi di tengah pandemi. Namun, hal ini menciptakan batasan dalam kegiatan manusia yang berdampak pada kebutuhan ruang.

Hampir seluruh bangunan yang ada sekarang, terutama di Indonesia kurang mendukung kondisi pandemi. Selain itu, keterbukaan ruang dan jalur sirkulasi pergerakan yang semula mendorong penggunanya untuk bersosialisasi dan berkumpul kini harus disesuaikan. 

Di sinilah arsitektur menjalankan perannya untuk memberikan solusi berupa konsep ruang yang dapat menampung aktivitas seperti biasa, tetapi dapat menjalankan protokol kesehatan.

Adanya pandemi ini seolah mengingatkan bahwa kehidupan manusia bersifat dinamis, selalu mengalami perubahan dari masa ke masa serta sifat alam yang tidak dapat diprediksi dapat menimbulkan suatu perubahan drastis dalam kehidupan masyarakat yang berimbas pada kebutuhan ruang. 

Kapasitas suatu struktur menjadi tidak efektif jika terjadi suatu perubahan di masyarakat seperti standard kehidupan, struktur keluarga, organisasi, dan sistem produksi (Kurokawa, 1977). Oleh karena itu, perlu suatu konsep arsitektur yang bersifat dinamis, fleksibel, dan adaptif untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Baca Juga:  Gempa Guncang Nias Barat, Tidak Berpotensi Tsunami

Kita dapat melihat kembali pada sekitar tahun 1960-an, pasca Perang Dunia II, masyarakat Jepang mengalami perubahan yang cukup drastis. Pembangunan dilakukan secara besar-besaran dalam waktu yang singkat. 

Kehidupan masyarakatnya menjadi semakin dinamis karena semakin banyak warganya yang berpindah tempat tinggal untuk mencari penghidupan. Kondisi ini mendorong sejumlah tim arsitek untuk menggagas sebuah konsep arsitektur yang sifatnya lebih dinamis dan dengan tingkat fleksibilitas tinggi.

Pada tahun 1977, Kisho Kurokawa menulis sebuah buku berjudul Metabolism in Architecture yang menjelaskan gagasannya. Di dalam bukunya, ia menyebutkan istilah metabolisme merupakan ekstensi analogi biologis untuk menggantikan analogi mekanis yang ada pada arsitektur modern dengan cara membandingkan bangunan dengan proses energi pada alam. 

Arsitektur metabolisme ini merupakan suatu pemikiran filosofis dan teoritis berupa pendekatan dalam mendesain, bukan suatu gaya yang mempunyai aturan mengikat, sehingga memberi kebebasan dalam mengadaptasi konsep ini.

Arsitektur metabolisme berkaitan erat dengan filosofi ‘Rinne’ dan ‘Ma’. Rinne dapat diartikan sebagai kehidupan manusia dan alam yang bersifat kontinu serta hubungan antar keduanya (Kurokawa, 1977). Filosofi ini berkembang menjadi prinsip bahwa arsitektur harus berubah seiring dengan masyarakat. ‘Ma’ memiliki pengertian suatu kekosongan antara dua hal. 

Misalnya, ketika bertepuk tangan, ada saat kita menjauhkan kedua tangan sehingga tidak ada bunyi yang dihasilkan dan menciptakan jeda diantara tepukan tangan. Inilah yang dimaksud dengan ‘Ma’. Filosofi ini diterapkan melalui penggunaan in between space atau ruang kosong diantara ruang lainnya. Filosofi ini diaplikasikan menjadi elemen arsitektural berupa kapsul, metode prefabrikasi, dan elemen modular.

Baca Juga:  Lucunya Tingkah Bayi Panda Merah Yang Lahir di Bogor

Kombinasi antara penggunaan kapsul1 dan in between space dapat dijadikan solusi dengan menciptakan suatu ruang khusus bagi individu untuk melakukan segala pekerjaannya lalu dikomposisikan sehingga menciptakan suatu klaster. Hal ini juga dijelaskan oleh Kurokawa bahwa setiap ruang harus menjadi tempat yang bersifat independen sehingga pengguna dapat memakai ruang tersebut secara maksimal, ruang yang memiliki sifat seperti itu ialah kapsul—dirancang untuk dapat menampung berbagai aktivitas.

Pergerakan yang bebas serta memungkinkan adanya klasterisasi untuk pengembangan sistem pergerakan (Kurokawa, 1977). Layaknya seorang astronot yang membutuhkan proteksi terhadap sinar kosmik, kapsul ini berfungsi untuk menolak hal-hal yang tidak diinginkan yang pada kondisi saat ini, yaitu droplet virus yang menyebar di udara. Lalu, kapsul tersebut dikelompokkan sehingga membentuk ruang sosial untuk mempertahankan konektivitas sosial.

Sistem prefabrikasi pada arsitektur metabolisme juga menjadi kelebihan untuk diterapkan di masa pandemi. Prefabrikasi merupakan metode pemasangan bangunan yang terdiri dari modul terpisah lalu dirakit sehingga menciptakan elemen arsitektural yang dinamis, adaptif, serta menyediakan ruang untuk merespon perubahan cara hidup masyarakat dalam waktu singkat (Kurokawa, 1977).

Baca Juga:  Sambil Joging, Kapolda Jabar Kunjungi Makorem 063/SGJ

Konsep metabolisme ini dapat diterapkan pada berbagai bangunan untuk mengurangi rantai penyebaran Covid-19. Berdasarkan laporan dari Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dari Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/09/2020), klaster yang menjadi penyumbang angka kasus terbanyak adalah rumah sakit, komunitas, dan perkantoran. 

Penerapan pada kantor yang memiliki open floor plan dapat dilakukan dengan memasang pembatas antara ruang kerja, sehingga tercipta ruang individual yang tertutup untuk mengurangi kontak antar pekerja. Di rumah sakit, dapat dilakukan dengan membuat kapsul tersendiri bagi pasien yang terindikasi positif virus corona. Dengan begitu, pasien yang positif tidak akan tercampur dengan pasien lainnya.

Konsep metabolisme juga dapat diterapkan pada hunian, contohnya, Nakagin Capsule Tower yang terdiri dari 144 kapsul dengan tiang utama berukuran sangat besar yang berfungsi seperti tulang belakang pada tubuh manusia. Kapsul-kapsul yang memiliki fasilitas seperti dapur dan kamar mandi kemudian dipasang pada tiang utama. Kapsul tersebut dapat dibongkar atau ditambah sesuai kebutuhan.

Konsep metabolisme yang menggunakan elemen-elemen bersifat modular ini memberi kesempatan menciptakan bangunan yang dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Tidak hanya itu, konsep metabolisme ini juga dapat dipadukan dengan gaya arsitektur lain, mengingat tidak adanya aturan yang mengikat selain dari prinsip utamanya, yaitu bangunan dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan di masa tertentu. (*)