Pakar Komunikasi Sebut Hoax Vaksinasi Covid-19 Sangat Berbahaya

JABARNEWS | BANDUNG – Pakar komunikasi dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti mengatakan hoax vaksinasi Covid-19 dapat memicu kebingungan di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat sulit membedakan informasi yang benar dan bohong.

“Tentu saja yang paling utama adalah menghambat upaya mengatasi pandemi. Publik dibingungkan dengan banjir hoax vaksinasi, sehingga (masyarakat) mengambil keputusan yang keliru,” kata Santi di Bandung, Kamis (21/1/2021).

“Bukan hanya mendorong pada keputusan yang salah, hoax vaksinasi juga menimbulkan penolakan terhadap vaksin-vaksin lainnya yang sudah lebih lama beredar dan sangat diperlukan untuk kesehatan masyarakat,” tambahnya.

Menurutnya, hoax vaksinasi Covid-19 beredar melalui beragam saluran. Santi menilai, hoax yang tersebar di grup aplikasi percakapan akan sulit dilacak. Selain itu, hoaks tersebut akan mudah dipercayai oleh anggota grup.

Baca Juga:  Demiz Optimis Bisa Raih Suara Diatas 50 Persen

“Karakter grup aplikasi percakapan juga unik. Dalam grup, selalu ada opinion maker yang posisi sosialnya di grup sangat terhormat. Misalnya, yang sepuh-sepuh, yang senior, yang dianggap sangat berilmu, sangat beragama,” ucapnya.

Santi menyatakan, hoax vaksinasi Covid-19 selalu dikemas dengan bahasa dan pendekatan emosional. Hoax pun selalu berisi informasi yang menakutkan di tengah masyarakat.

“Yang ditonjolkan adalah fear atau ketakutan, dan ini nyambung pisan dengan psikologi publik saat berhadapan dengan ketidakpastian, ketidaktahuan, dan kecemasan di tengah situasi pandemi,” paparnya.

Baca Juga:  Ridwan Kamil: Industri Yang Beroperasi Saat PPKM Darurat Harus Miliki Izin IOMKI

Santi juga memberikan cara mengatasi hoax. Pertama, berhati-hatilah dengan narasi yang provokatif dan berlebihan. Hoax kerap menggunakan kalimat-kalimat sensasional dengan maksud mendiskreditkan satu pihak.

“Opinion leader justru pihak yang sangat rentan terpapar oleh hoax. Maka, ketika hoax beredar di grup aplikasi percakapan, anggota lain tidak berani mengklarifikasi karena takut dianggap ‘cari perkara’,” tambahnya.

Maka dari itu, lanjut Santi, jika melihat berita dengan narasi atau judul provokatif, masyarakat sebaiknya mencari informasi lain yang serupa dari situs daring resmi atau media arus utama. Ciri hoax lainnya adalah ajakan untuk memviralkan.

“Selalu merujuk pada sumber yang kredibel, seperti otoritas kesehatan, dan tokoh-tokoh yang punya otoritas untuk bicara perkara vaksin. Sama-sama dokter, tapi bukan berarti dokter yang satu lebih menguasai persoalan vaksin dibandingkan dokter lainnya yang memang spesialisasinya pada vaksin dan epidemiologi,” jelasnya.

Baca Juga:  Raffi : Ezechiel Jangan Dipaksakan Ikut

Santi mengungkapkan, hoax vaksinasi Covid-19 harus dilawan bersama-sama. Semua masyarakat dapat menjadi hoaxbuster dengan melakukan klarifikasi manakala melihat hoax tersebar di media sosial atau aplikasi percakapan.

“Jadilah hoaxbuster. Menjadi bagian dari penangkal hoax. Caranya, ikut mengawasi lalu lintas hoax lewat Siskamling atau Ronda Anti Hoax. Pokoknya kalau ada hoax mampir di grupnya, tandai, cek faktanya dengan merujuk sumber-sumber kredibel tadi,” tutupnya.