Membangun Wilayah Tangguh Bencana Dalam Perspektif Islam

Penulis: Yuyun Suminah

Pemerintah Provinsi Jabar menyiapkan cetak biru sebagai provinsi berbudaya tangguh bencana (resilience culture province). Budaya Tangguh Bencana Jabar ini akan ditanamkan kepada seluruh warga melalui pendidikan sekolah sejak dini hingga pelatihan.

Mengingat wilayah Jabar berpotensi bencana ditambah dengan cuaca ekstrim datang (musim penghujan) sehingga berdampak kepada kondisi lingkungan. Seperti bencana banjir, longsor bahkan Jabar bagian selatan berpotensi tsunami semakin banyak.

Untuk menghindari hal tersebut pemprov Jabar mengelurkan kebijakan-kebijakan agar penggunaan sumber daya alam tidak merusak lingkungan. Berharap dengan menggandeng Jepang dalam program Indonesia-Japan Environmental Week diacara penanganan dan pembangunan infrastruktur lingkungan via konferensi video dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis 14/1/2021. (kabarpolitik.com)

Kebijakan tersebut diambil oleh pemerintah demi menanggulangi kerusakan alam. Karena tentu, Kerusakan lingkungan tersebut bukan tanpa sebab. Alih-alih menyalahkan iklim, pemerintah seharusnya instrospeksi apakah pengaturan tata ruang dan kebijakan terkait deforestasi hutan tepat atau tidak?

Baca Juga:  Wow! Ini Dia Manfaat Buah Manfaat Bunga Markisa Bagi Kulit Wajah

Salah satu Kerusakan alam yang terjadi diantaranya di sungai Citarum dan sungai Cilamaya yang mengalami pencemaran oleh limbah pabrik, disinyalir pencemaran tersebut diakibatkan banyak pemukiman dan Industri yang berdiri di sekitar sungai.

Berdirinya industri tersebut sudah pasti mereka mengantongi izin usaha dari pemerintah. Namun, disisi lain pemerintah juga yang kelimpungan mengatasi dampak dari pemberian izin tersebut. Karena lebih memilih ekonomi dari pada rakyatnya, seharusnya pemerintah mengukur potensi lebih besar mana keuntungan yang didapatkan dengan dampak kerusakan alam yang ditimbulkan. Kebijakan seperti inilah yang banyak menyebabkan permasalahan lingkungan.

Seperti itulah gambaran dalam sistem demokrasi- kapitalis, sistem yang sudah rusak dari akarnya, sistem yang melahirkan manusia-manusia serakah, sistem yang tidak mampu mengurus lingkungan dan memberikan tempat nyaman dan aman bagi masyarakat.

Setiap kebijakan yang diambil dalam sistem bathil tersebut selalu orientasinya materi. Kerusakan alam karena pembangunan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Sehingga wajar bencana yang diakibatkan dari kerusakan tersebut sering terjadi.

Baca Juga:  Besok, MUI Bakal Bahas Kehalalan Vaksin Sinovac

Seperti kebijakan defortase hutan yang seharusnya jadi lahan resapan air kini dirubah menjadi lahan terbuka untuk perkebunan, tempat wisata dan tempat bisnis lainnya. Lantas bagaimana mau menjadikan daerah tangguh bencana jika potensi bahayanya saja tidak dihilangkan.

Berbeda dalam sistem Islam yang rahmatan lil’alamin membawa rahmat kepada seluruh penduduk bumi tidak hanya kepada manusia, hewan bahkan tumbuhan pun ikut mendapatkan rahmat-Nya. Ada 2 tahapan siaga bencana dalam perspektif Islam.

1. Sebelum Terjadinya Bencana.
Sebuah perkiraan atau analisis dampak yang menyebkan potensi bahaya itu akan terjadi, dalam hal ini berkaitan dengan kebijakan yang dibuat. Seperti negara akan mempetakan daerah mana saja yang termasuk daerah resapan air. Untuk daerah resapan air negara akan tegas melarang pihak individu maupun swasta mendirikan bangunan apapun di tanah tersebut. Sedangkan lahan yang tidak termasuk kedalam tanah resapan air negara membolehkan melakukan pembamgunan dengan catatan bermanfaat untuk rakyat.

Baca Juga:  Dihadapan Pemimpin Dunia COP26, Ridwan Kamil Paparkan 12 Strategi Pemulihan Citarum Harum

2. Setelah Terjadinya Bencana. ketika potensi bencana sudah dihilangkan namun bencana tetap terjadi itu artinya sudah ketetapan-Nya, yang menandakan kekuasaan dan kebesaran-Nya atas alam ini. Bencana tersebut akan menjadi sebuah ujian dan dengan ujian ini bisa menumbuhkan keimanan dalam diri kita.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (TQS. Al-Baqarah: 214) (*)

Isi tulisan ini sepenunya tanggungjawab penulis