Menparekraf Sandiaga Uno Upayakan Pengadaan GeNose C19 untuk Destinasi Wisata Prioritas

JABARNEWS | JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa pihaknya sedang mengupayakan pengadaan unit Gajah Mada Electronic Nose (GeNose) Covid-19 untuk digunakan beberapa titik destinasi wisata.

Menurutnya, Penemuan alat tes GeNose C19 karya anak bangsa disebut jadi kemajuan. Oleh karena itu, dia ingin alat tersebut digunakan di destinasi wisata prioritas.

“Saya sedang mengupayakan juga satu unit GeNose untuk kita bisa gunakan di Kemenparekraf dan juga di beberapa destinasi wisata prioritas,” kata Sandiaga dikutip dari detik.com, Minggu (7/2/2021).

Baca Juga:  Bawaslu Jabar Minta KPU Awasi Pengadaan Logistik Pilkada

Dia menjelaskan, bahwa GeNose C19 yang dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) memiliki tingkat akurasi yang tinggi, yakni sensitivitas 92 persen dan spesifitas 95 persen.

Berbeda dengan tes cepat lainnya, GeNose C19 berbasis embusan nafas yang menawarkan kenyamanan kepada para penggunanya karena tidak perlu merasa sakit seperti menjalani tes cepat berbasis antibodi dan antigen. Sandiaga menyebut, GeNose C19 dapat membantu menekan laju penularan Covid-19, apalagi prosesnya sangat mudah, cepat dan murah.

Baca Juga:  Resmi! Status Pandemi Covid-19 Indonesia Dicabut Presiden Jokowi Hari Ini

“Karena salah satu cara meningkatkan testing sesuai dengan standar WHO adalah tingkat kemudahan dan juga dari segi biayanya,” jelasnya.

Kendati demikian, Sandiaga mengungkapkan bahwa penggunaan GeNose C19 bukan untuk menaikkan minat masyarakat terhadap pariwisata Indonesia. “Saya berpendapat, semakin banyak opsi tes ini bukan berbanding lurus dengan peningkatan wisata dan travel, tapi semakin banyaknya opsi tes cepat dan pelacakan yang efektif dan kebijakan isolasi mandiri yang berbasis lokasi akan berbanding lurus dengan turunnya penularan virus Covid-19 ini,” tutupnya.

Baca Juga:  PT PP Yakin Jalan Tol Akses BIJB Bisa Selesai Tepat Waktu

Untuk diketahui, alat buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini bekerja mendeteksi infeksi Corona dengan hembusan nafas dalam waktu 3 menit. Dianggap praktis dan lebih nyaman dibanding swab nasofaring, meski ditegaskan juga bahwa alat ini hanya untuk screening dan bukan untuk diagnosis. (Red)