Tinjau ke Subang, Dedi Mulyadi Pilih Terabas Banjir Meski Terancam Celaka

JABARNEWS | SUBANG – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi meninjau sejumlah lokasi bencana banjir di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Senin (8/2/2021).

Seperti diketahui, banjir menerjang sejumlah lokasi di Subang, termasuk Kampung Cengkong, Desa/Kecamatan Sukasari dan Kampung Poponcol, Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan pada Senin (8/2/2021).

Untuk menjangkau para korban banjir, Dedi Mulyadi mengaku langsung menerabas banjir dengan kendaraannya, meski dirinya mengetahui akan ancaman terhadap keselamatannya. Diketahui, banjir ini terbilang cukup parah, terutama di daerah Pamanukan.

“Saya tembus ke sana. Orang nggak berani ke sana. Saya hanya punya dua pilihan, bisa kembali atau celaka. Itu risiko,” katanya via telepon, Selasa (9/2/2021).

Baca Juga:  Pemkab Garut Tetapkan Siaga Kekeringan

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/C-u2ACXjUbs” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Dedi mengatakan, pihaknya menyiapkan nasi hangat dan air untuk korban banjir. Bantuan makanan langsung santap itu penting karena korban bisa langsung mengonsumsinya tanpa ribet harus memasaknya.

Dedi mengakui, warga kini sudah mulai paham dan memiliki kecakapan. Cekatan dalam menangani banjir.

“Mereka berani terjun tanpa alas kaki, tanpa pengaman di daerah rawan. Kekuatan warga itu sebenarnya yang utama,” katanya.

Wakil Ketua Komisi IV menyatakan, banjir yang menerjang sebagian wilayah di Subang disebabkan pembangunan properti yang tak terkendali.

Menurut Dedi, semua kawasan penyerapan air seperti rawa, sawah, hutan, dibabat untuk pembangunan kawasan perumahan dan pabrik. Padahal, kata Dedi, sebelumnya di daerah itu tak pernah terjadi banjir.

Baca Juga:  Pemilu 2024, KPU Usulkan Anggaran Rp 86 Triliun Secara Multiyears

“Kata warga di situ, dulu nggak pernah banjir. Penyebabnya pembangunan, properti. Sawah dihantam, rawa diuruk untuk properti. Nggak ada serapan,” kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Selasa (9/2/2021).

Dedi melanjutkan, sungai-sungai di Subang, yakni Citarum dan aliran-liran sungai kecil mengalami pendangkalan dan penyempitan. Penyebabnya karena dari hulu air bercampur lumpur mengalir. Hal itu terjadi karena lahan di hulu mengalami pegundulan akibat penambangan dan perambahan hutan.

“Saya sudah sampaikan itu ke DPR. Problemnya apa? Kurang diurus. Seluruh DAS (daerah aliran sungai) mana sih yang nggak ditutupi bangunan? Hampir semuanya tertutupi dan selama ini dibiarkan. Tidak ada penindakan terhadap bangunan-bangunan yang berderet di pinggir sungai, semuanya dibiarkan,” tandas Dedi.

Baca Juga:  Tips Olahraga Zumba Bagi Pemula Yang Penting Untuk Diketahui

Menurut Dedi, seharusnya di sepanjang DAS tak ada bangunan. Sementara kenyataannya banyak.

Dedi mengatakan, kian hari Indonesia semakin rawan bencana, mulai longsor dan banjir. Hal itu karena tata ruangnya yang berantakan dan itu harus dibenahi.

“Itu yang saya sampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup. Saya menyebut diperlukan audit lingkungan. Kabupaten jangan dipotret sama kabupaten, harus dari luar. Nggak bisa motret dari dalam,” katanya. (Red)