Berikut Beberapa Kisah Sate Maranggi Sebagai Makanan Khas Purwakarta

JABARNEWS | BANDUNG – Variasi sajian sate di Indonesia memang sangat beragam. Dan uniknya setiap jenis sate memiliki kelezatan khasnya masing-masing yang datang dari jenis daging, bumbu bakar sate, hingga cara memasak sate yang berbeda-beda.

Dari sekian banyak jenis sate yang ada di Indonesia, bisa di katakan bahwa Sate Maranggi termasuk jenis sate yang paling populer. Dahulu Sate Maranggi dikenal sebagai kuliner khas yang berasal dari Kabupaten Purwakarta. Menurut sejarahnya, Sate Maranggi memiliki filosofi “Tiga Daging Setusuk” sama seperti Tri Tangtu, yaitu tekad, ucap, dan tindakan dalam bahasa Sunda.

Baca Juga:  Miris, Begini Derita Ibu Rumah Tangga Di Tasikmalaya Yang Tertular HIV AIDS Dari Sang Suami

Hal tersebut merupakan sebab mengapa sate maranggi hanya berisi tiga daging dalam satu tusuknya. Namun, apabila kita mengulik tentang sejarah Sate Maranggi, ternyata ada berbagai kisah berbeda yang sama-sama diklaim sebagai asal-usul Sate Maranggi.

Kisah yang pertama. Sate Maranggi merupakan hasil asimilasi budaya Indonesia dan Tiongkok. Menurut salah satu Chef yang bernama Haryo Pramoe, Sate Maranggi dibawa oleh pedagang dari Cina yang menetap di daerah Jawa Barat. Awalnya, Sate Maranggi dibuat dengan daging babi.

Baca Juga:  Jokowi Bagi-bagi Tanah di Sukabumi

Namun, ketika ajaran Islam mulai masuk, Sate Maranggi tidak lagi menggunakan daging babi, melainkan digantikan dengan daging sapi. Sejarah Sate Maranggi ini bisa dilihat dari bumbu rempah Sate Maranggi yang sama dengan bumbu yang digunakan pada dendeng daging babi dan dendeng ayam, yang dijual di Cina.

Dalam kisah yang kedua menyatakan bahwa Sate Maranggi asli berasal dari Indonesia. Menurut Dedi Mulyadi mantan bupati Purwakarta nama ‘Maranggi’ didapat dari penjual Sate Maranggi pada jaman dahulu yang bernama Mak Ranggi.

Baca Juga:  Hasil Tes Acak PTM di Kota Bandung, 229 Orang Dinyatakan Positif Covid-19

Dan hal tersebut terjadi karena pada zaman dahulu tidak ada lemari es, maka Mak Ranggi berusaha mengawetkan daging domba dengan cara didendeng menggunakan bumbu rempah. Setelah itu, daging domba kemudian dimasak dengan cara dibakar.

Hasilnya yaitu terbuatlah Sate Maranggi yang memiliki cita rasa yang unik dan enak, hal tersebut juga membuat popularitas Sate Maranggi pun terus menyebar. Ketika Mak Ranggi menjual satenya, para pelanggan sangat menyukainya. Dari situlah nama “Sate Mak Ranggi” lama-lama berubah menjadi “Sate Maranggi”.

Penulis: Muhammad Amaludin