Jadi Inspirator Pelaku UMKM Lain Pasutri Asal Purwakarta Ini Patut Diacungi Jempol

JABARNEWS | PURWAKARTA – Bagi mereka, keterbatasan fisik tak menjadi penghalang untuk terus produktif. Seperti halnya pasangan suami-istri (pasutri) penyandang disabilitas, di Perum Citalang Indah, Blok E No 4, RT 20/05, Desa Citalang, Purwakarta, patut diacungi jempol.

Semangat pasutri, Romi Wahyudi dan Susana Sali. Mereka, merupakan salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di wilayah ini yang terbilang sukses. Bahkan, produk-produknya telah menempati outlet-outlet besar.

Di desa itu, Romi dan Susana merupakan inspirator bagi para pelaku UMKM lainnya. Kesuksesan mereka banyak yang mencontoh. Artinya, produktivitas mereka jelas mengubah pandangan jika keterbatasan fisik bukan halangan untuk menjadi sukses.

Susana mengaku, produk UMKM yang dibuatnya kebanyakan berupa cemilan atau makanan ringan. Dirinya, sudah merintis usaha tersebut sejak 20 tahun lalu. Saat ini, beberapa produknya juga telah menghiasi etalase di beberapa pusat oleh-oleh serta galeri menong.

Baca Juga:  Emil: FFB Harus Jadi Festival Internasional

“Kebanyakan kue kering. Misalnya, kue kacang, kue bola tempe dan coklat stik,” ujar Susana, ditemui di kediamannya, pada Selasa (16/2/2021).

Diakuinya, selama ini ada sekitar 40 jenis makanan ringan yang telah dibuatnya. Sebagian produknya, dijual di outlet oleh-oleh. Namun, kebanyakan itu pesanan. Yakni, kue kering yang menjadi khas saat hari raya keagamaan.

“Kebanyakan sih kue kering untuk hari raya ya. Seperti putri salju, Kastangel (kue keju). Kalau hari raya, misalnya lebaran atau natal, itu pasti banjir pesanan,” ungkap Susan.

Dia pun lantas menceritakan awal mula berkecimpung di dunia UMKM. Saat usianya, 27 tahun dia mencoba belajar cara membuat kue kering secara otodidak.

Baca Juga:  Bagas Adhadirga Nyatakan Kesiapannya Hadapi Munas HIPMI

Itupun, sambung dia, awalnya untuk konsumsi sendiri. Lantas, saat itu terbesit dalam benaknya ingin lebih fokus mendalami usahanya ini.

“Dulu, itu sempat ikut kursus di Bandung untuk mendalami cara membuat kue ini,” jelas dia.

Saat belajar membuat kue ini, kondisi dirinya sudah seperti sekarang ini. Yakni, lumpuh dan tidak bisa menggerakan tangan dan kaki secara maksimal. Namun, karena tekad dan niatnya sudah bulat, akhirnya dia bisa mengembangkan bakatnya ini.

Dia kembali bercerita, terkait kondisi fisik yang dialaminya ini. Kondisi ini bermula saat dirinya berusia 8 tahun. Saat itu, dirinya mengidap satu penyakit persendian yang memaksa dirinya untuk dirawat secara intensif di rumah sakit.

Namun, tambah dia, selepas pulang dari rumah sakit bukannya sembuh.

“Sejak saat itu yang seperti ini. Hanya bisa duduk di kursi roda,” kata dia.

Baca Juga:  Tahun Pertama Fokus Emil 70 Persen Untuk Infrastruktur

Pernah terbesit rasa putus asa kala itu. Namun, besarnya support keluarga yang membuat dirinya bisa bertahan untuk menjalani hidup. Apalagi, saat ini juga ada dukungan dari suaminya untuk mengembangkan usaha makanan ringan tersebut.

“Saya menikah 2011 lalu. Sejak saat itu, saya bersama suami berkomitmen untuk fokus ke pengembangan produk,” imbuhnya.

Kondisi suaminya pun sama. Satu kakinya lumpuh dan hanya bisa berjalan dengan bantuan tongkat. Namun, keterbatasan fisik keduanya tidak menyurutkan semangat untuk terus produktif. Kini usahanya maju, dan produknya pun mulai dikenal secara luas.

“Ini juga berkat bantuan dari pemerintah yang terus mensupport para pelaku UMKM. Adanya Galeri Menong, salah satunya yang telah merubah tujuan hidup saya,” pungkasnya. (Gin)