Legenda Dibalik Gunung Gede Pangrango Dan Talaga Warna

JABARNEWS | BANDUNG – Wilayah Gunung Pangrango telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda orang-orang Sunda. Salah satu yang membuktikannya adalah naskah tua mengenai perjalanan Bujangga Manik pada abad ke-13.

Dalam naskah perjalanan Bujangga Manik tersebut tertulis disebutkan wilayah Gunung Gede Pangrango adalah Hulu wano na pakuan yang memiliki arti sebagai tempat yang tertinggi di pakuan.

Bujangga Manik adalah seorang pendeta yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Pada akhir abad ke-15 setidaknya, ia memutuskan untuk melakukan wisata ziarah ke tempat-tempat suci di Pulau Jawa.

Baca Juga:  BMKG Catat 415 Gempa Susulan di Cianjur, Ada Peningkatan Aftershock Sejak Kemarin

Ditemukan dalam catatan helaian lontar bahwa sang Pendeta Bujangga Manik, telah melewati wilayah Gunung Gede Pangrango sebanyak dua kali. Perjalanan pertama membawanya ke arah Timur, dan kemudian perjalanan kedua sepulang dari Kerajaan Majapahit, membawanya kembali ke arah Barat.

Baca Juga:  Pasangan Calon Gubernur Deddy-Dedi, Unggul Di Subang

Pada perjalanan pertamanya, ia telah berhasil mencapai puncak Gunung Agung dan disana ia menikmati keindahan pemandangan sembari duduk di bebatuan yang datar.

Menurut penafsiran para ahli, yang dimaksud sebagai Gunung Agung adalah Gunung Gede yang kita kenal sekarang. Ditemukan juga bahwa masyarakat sekitar terkadang masih menyebut Gunung Gede sebagai Gunung Agung.

Dalam naskah kuno tersebut juga dipaparkan mengenai Telaga Warna, yang bersama-sama dengan Puncak Gunung Gede Pangrango dianggap sebagai tempat suci dari pakuan.

Baca Juga:  Pria Tanpa Identitas di Purwakarta Tewas Tertabrak Kereta Api, Kondisinya Mengenaskan

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dahulu kala, ketika masih berdiri kerajaan-kerajaan di Indonesia, wilayah Gunung Gede Pangrango telah dikenal oleh masyarakat dan dianggap sebagai tempat suci bersama-sama dengan Danau yang saat itu disebut Telaga Warna.

Penulis: Muhammad Amaludin