Selaras hal tersebut, EVP Digital Business and Technology Telkom, Komang Budi Aryasa, menuturkan, terjangan tech winter juga turut menghantam pasar bimbingan belajar (bimbel) daring yang sempat menjamur di Indonesia. Namun, Pijar Belajar tidak gugur diterjangnya dan tetap berkomitmen terus berperan aktif membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Pijar Belajar adalah salah satu produk digital unggulan di bawah payung Leap Telkom Digital. Pijar Belajar dirancang agar para siswa dari tingkat SD sampai SMA bisa mendapatkan suplemen pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Suhono Harso Supangkat menyampaikan bahwa tech winter semestinya tidak harus terjadi bagi edutech jika menerapkan konsep digital twin.
Digital twin adalah konsep berbasis data yang dapat membantu mengumpulkan dan mengolah data, kemudian data tersebut digunakan sebagai insight dalam pengambilan keputusan. Dengan konsep digital learning seperti dari Pijar, maka pola penggunaan pelanggan yang berbasis daring bisa didekati digital twin.
“Digital twin itu lebih melampaui IoT dan big data. Bagaimana kondisi riil kita modelkan, simulasikan, dan kita bisa bertindak cepat terhadap kejadian-kejadian apa saja, sehingga saya rekomendasikan edutech di Indonesia kolaborasikan operasionalnya dengan digital twin,” ucap Suhono.
Dia memaparkan, kerangka kerja penelitian dan pengembangan digital twin sudah dilakukan ITB. Konsep digitalisasi yang dikembangkan mengubah proses konvensional menjadi proses digital yang cerdas. Smartization tidak hanya teknologi tetapi juga proses dan manusia.
“Oleh karena itu, mencerdaskan kehidupan bangsa saat ini mencakup proses, teknologi, manusia, dan data sebagai infrastruktur. Saya mendorong BUMN teknologi seperti Telkom merespon tech winter tak sekedar dari sisi pasar, tapi juga mengaplikasikan digital twin termasuk beri layanan berbasis AI,” paparnya.