Guntur Subagja: 4 Hal Agar Media Online Jadi Pemenang Lawan Media Sosial

JABARNEWS | BANDUNG – Media online berbasis jurnalistik menghadapi tantangan besar kini dan di masa mendatang dengan hadirnya beragam media sosial.

Bahkan hari ini, media berita berada di urutan ketujuh yang dikonsumsi oleh pengguna internet, setelah mereka mengakses internet untuk kebutuhan hiburan, komunikasi lewat pesan, layanan perbankan, medisa sosial, dan lainnya.

Guntur Subagja, Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, dalam seminar bertema ‘Media Siber di Jawa Barat, Sehat Bisnisnya, Berkualitas Kontennya’ yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Jawa Barat, Sabtu 27 November 2021 di Hotel Trans, memaparkan 4 hal yang bisa menjadi jualan media siber dan tidak dimiliki oleh media sosial.

Baca Juga: Tanpa 4 Pemain Kunci Ini, Persib Bandung Gagal ke Puncak dan Malah Digusur Arema FC

Baca Juga:  Berikut Profil The Weeknd, Hingga Wajah Baru Pasca Operasi Plastik

Baca Juga: Lahan Kritis Mencapai 911 Hektare, Bencana Longsor dan Banjir Bandang Intai Jawa Barat

“Pertama, media online berita, memiliki konten terverifikasi, kredibel, dan dapat dipercaya. Ini tidak dimiliki media non mainstrem karena tak ada regulasinya,” ujarnya.

Kedua, media mainstrem bisa bertranformasi mengakomodir semua kebutuhan masyarakat. Tidak terpaku pada teks semata, tapi juga menyediakan konten video, audio, dan gambar.

Baca Juga: Pengendara Diimbau Hati-Hati, Ada 4 Titik Longsor di Jalan Nasional di Kabupaten Sukabumi

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Merasa Kesepian Meski Dikelilingi Keluarga dan Sahabat

Ketiga, media mainstrem perlu memikirkan distribusi channel yang beragam, tidak semata pada digital. Keempat, kreatif dalam mebangun model bisnis baru di era digital.

Baca Juga:  Berikut Ramalan Zodiak untuk Pisces, Aquarius dan Capricorn 4 April 2022 untuk Hari Ini

“Model revenue media ke depan seperti apa? Setidaknya 10 potensi, advertaising, konten berita atau video, sindikasi konten, komunitas atau member, event, partership, brand atau lisensi, platform, merchendising, afiliasi,” jelasnya.

Bagja melihat ada potensi belanja iklan media online yang terus tumbuh. Saat ini, komposisi belanja iklan tidak lagi dominan media cetak, tapi ada pergeseran.

Belanja iklan online tercatat mencapai 24 triliun. Angka ini lebih rendah dari belanka iklan televisi yang mencapai Rp88 triliun, tapi sudah jauh lebih tinggi dibandingkan belanja iklan untuk media cetak.

Baca Juga:  Yuk Simak! Cara Menanam Seledri dan Merawatnya di Rumah

Baca Juga: The Minions Juara Indonesia Open 2021, Kevin dan Marcus Disawer Pujian

Baca Juga: Jembatan Ambruk di Cianjur Berusia 14 Tahun, Jadi Akses Alternatif Warga di Dua Kecamatan

“AMSI hadir di waktu yang tepat, di era media digital,” ujarnya.

Siapa pemasang iklan online terbanyak? Hasil survei Nielsen, peringkat pertama datang dari layanan online, kedua datang dari pemerintah, ketiga sektor swasta.

Baca Juga: Pengacara Kondang Hotman Paris Tanggapi Nasib Tanah Keluarga Nirina Zubir yang Disalahgunakan

Baca Juga: Keren! Pemkab Purwakarta Sabet Anugerah Layanan Investasi 2021, Ini Kata Ambu Anne

“Mereka mempertimbangkan memasang iklan di media online, lebih efisein, murah, dan jangkauannya lebih luas,” ujarnya.***