Menurutnya dalam menyikapi fenomena tradisi setempat, perlu sikap bijak dalam cara pandang bukan mengubah budayanya.
“Yang perlu diubah itu otak dan cara pandang, bukan budayanya,” lanjut Gus Miftah.
Gus Miftah juga menyinggung tentang bagaimana wali-wali terdahulu menyampaikan dakwah pada masyarakat dengan cara yang bijak.
Ia menyayangkan adanya aksi sosok pria yang menendang sesajen di wilayah Gunung Semeru, yang dinilai terlalu kasar dalam menyampaikan dakwah.
“Kalau dulu dakwah wali songo sekasar itu, mungkin Islam belum seperti hari ini di nusantara,” ujar Gus Miftah. (Dodi)