Lahan Kritis Mencapai 911 Hektare, Bencana Longsor dan Banjir Bandang Intai Jawa Barat

JABARNEWS | BANDUNG BARAT – Sekitar 911 ribu hektare lahan kritis di Jawa Barat berpotensi menimbulkan erosi yang dapat memicu bencana longsor hingga banjir bandang.

Dari keseluruhan lahan kritis itu, sekitar 200 ribu hektare berada di kawasan hutan, dari mulai hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan mengatakan, data tersebut berasal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2018. 

Baca Juga: Pengendara Diimbau Hati-Hati, Ada 4 Titik Longsor di Jalan Nasional di Kabupaten Sukabumi

Dari keseluruhan lahan kritis di Jawa Barat, menurut dia, sebagian besar berada di luar kawasan hutan.

Baca Juga:  Siap Disanksi, Hengki Kurniawan Rekomendasikan UMK Bandung Barat 2022 Naik 7 Persen

“Dari luas 911 ribu hektare itu, 711 ribu hektare ada di luar kawasan hutan, di tanah-tanah milik, itu yang kritis,” kata Epi, di Desa Cikande, Kecamatan Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Minggu 28 November 2021.

Untuk mengatasi lahan kritis itu, terang dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menargetkan penanaman 50 juta pohon pada tahun ini. 

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Merasa Kesepian Meski Dikelilingi Keluarga dan Sahabat

Hingga akhir November ini, menurut dia, sudah tercapai 46,6 juta pohon yang ditanam di berbagai daerah di Jawa Barat yang terdapat lahan kritis. 

Baca Juga:  Waduh! Ketua MPR Bambang Soesatyo Alami Kecelakaan, Begini Kondisinya

“Di semua daerah Jawa Barat ada, tapi lahan kritis yang dominan itu berada di daerah selatan, seperti Sukabumi, Cianjur, itu luas lahan kritisnya,” katanya.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, kata dia, juga menggandeng kerja sama dengan berbagai pihak dalam melakukan gerakan tanam dan pelihara pohon. 

Baca Juga: The Minions Juara Indonesia Open 2021, Kevin dan Marcus Disawer Pujian

Upaya penanaman vegetasi di lahan kritis itu menggunakan prinsip tahan, hambat, dan resap, sehingga air hujan tak berakibat bencana.

Baca Juga:  Tiga Minggu di Posko Pengungsian Korban Banjir Serdang Bedagai, Nek Sarifah Rindu Tidur di Rumah

“Untuk lahan kritis milik masyarakat, kami laksanakan program agroforestri, yaitu perpaduan antara pohon, buah, dan bisa tanaman semusim,” katanya.

“Dibuat jarak tanam tertentu, biar bisa untuk tanaman semusim, kan untuk kebutuhan ekonomi itu harus tetap jalan,” katanya.

Baca Juga: Jembatan Ambruk di Cianjur Berusia 14 Tahun, Jadi Akses Alternatif Warga di Dua Kecamatan

Adapun untuk lahan kritis di Desa Cikande, dia menyebutkan bahwa luasnya ialah sekitar 500 hektare. Lahan kritis itu pula yang memicu banjir bandang di Cikande pada awal November lalu. (Yoy)***